Kepemimpinan Transendental
Oleh: Muhamad Bilal Musthofa
Everyone is a leader, kita pasti tidak asing dengan kalimat itu. Setiap diri
manusia adalah seorang pemimpin bagi dirinya. Pemimpin adalah jiwa yang
harus selalu ada pada diri manusia. Karena sejatinya, yang mengatur diri kita
adalah kita sendiri, bukan orang lain.Pada faktanya, manusia memang selalu
menarik untuk diperbincangkan, mengapa demikian? karena ia termasuk paling
tidak manusia yang unik dan kompleks.
Keunikan manusia, karena ia di satu sisi menjadi objek pembicaraan dan
sumber konflik yang menyebabkan ketidak tenangan kepada yang lain, tetapi
disisi lain ia menjadi subjek pembicara yang selalu berupaya memecahkan
masalah yang dihadapinya demi untuk memberikan ketenangan kepada yang lain.
Kompleks, karena ketika akan memperbincangkan tentang manusia, perlu
dipertanyakan terlebih dahulu dari sudut pandang apa ia akan dilihatnya, sebab
terlalu banyak pandangan (perspektif) yang berkaitan dengannya.
Begitu unik dan kompleksnya pemahaman tentang siapa hakikat manusia
sampai Al-Qur’an menganjurkan manusia untuk memikirkan tentang dirinya. Firman Allah Q.S Adz-Dzariyat: 21: “Dan (juga) pada dirimu sendiri, Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?”
Berbicara kepemimpinan, sudah tidak bisa dihindari pada jiwa manusia. Dimulai dari diri sendiri maupun negara membutuhkan pemimpin. Tetapi, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bukan memikirkan nafsu dan egonya, tetapi melayani dengan tulus seperti apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Seperti
sekarang ini, banyak sekali model kepemimpinan, salah satunya Kepemimpinan
Transendental. Transendental secara harfiah ialah sesuatu yang berhubungan
dengan transenden. Pemimpin yang transenden semestinya lebih dapat melihat ke
masa depan. Memiliki masa visi yang jelas, apa yang hendak dilakukan untuk
kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Sudah barang tentu tidak terbatas
hanya pada hal-hal yang bersifat material.
Seperti yang diterangkan dalam kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyah karya Al- Mawardi, kepemimpinan dalam Islam dipandang sebagai amanah. Seorang
pemimpin bangsa hakekatnya ia mengemban amanah Allah sekaligus amanah
masyarakat. Amanah itu mengandung konsekuensi mengelola dengan penuh
tanggung jawab sesuai harapan dan kebutuhan pemiliknya. Karenanya
kepemimpinan bukanlah hak milik yang boleh dinikmati dengan sesuka hati
orang yang memegangnya
Kepemimpinan transenden juga akan baik jika dilakukan oleh hakim. Seorang hakim yang adil tentu mengerjakan sesuai dengan syari’at. Transendetal
pada hakim juga perlu untuk kemaslahatan masyarakat. Dalam Kitab Al-Ahkam
As-Sulthaniyah, Hakim haruslah laki-laki. Tetapi, dengan berkembangnya zaman, menurut saya tidak jadi masalah ketika perempuan menjadi hakim, dengan
menyesuaikan aspek-aspek hukum yang ada.
Transenden yang baik juga ketika diterapkan dalam pemilihan pemimpin. Di Indonesia khususnya, sistem pemilihan ada dua, yaitu pemilihan langsung dan
tidak langsung, dimana di dalam keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Islam sebagai latar sosial keagamaan mayoritas
masyarakat Indonesia, ini menjadikan perdebatan diatas tidak terlepas dari kajian
fiqih. Kajian maslahat murshalah bisa juga menjadi patokan dalam kedua sistem
pemilihan ini.
Konsep kenegaraan pun sebenarnya tidak perlu diperdebatkan lagi bagi
negeri kita Indonesia, pemimpin yang transenden harus mampu mengatur dan
menyelesaikan segala permasalahan yang ada, dengan mempertimbangkan
keadaan bangsa Indonesia yang majemuk dan kaya dengan keberagaman, maka
segala keputusan harus lah berpikir ke depan dengan bersandar pada Al-Qur’an, hadis, maupun ijmak.
Keadilan, kekuasaan, akal dan nurani sangat berkaitan untuk mewujudkan
kemadanian. Akal dan Nurani berperan dalam kepemimpinan. Dengan
keseimbangan akal dan nurani yang transenden , dan mampu mengatur
kekuasaannya dengan stabil, maka keadilan dan madani akan terasa pada
masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam Islam dipandang
sebagai amanah. Seorang pemimpin bangsa hakekatnya ia mengemban amanah
Allah sekaligus amanah masyarakat.
Amanah itu mengandung konsekuensi
mengelola dengan penuh tanggung jawab sesuai harapan dan kebutuhan
pemiliknya. Pemimpin transdenden yang baik ialah pemimpin yang mampu
mengatur segalanya dan memikirkan ke arah masa depan. dan mampu
menyeimbangkan akal dan nuraninya, serta memperhatikan dengan baik
kekuasaanya agar masyarakat bisa merasakan hidup dengan penuh keadilan dan
bisa menjadi masyarakat yang madani
Bidang Penelitian dan Pengembangan
Pusat Studi dan Konsultasi Hukum
0 comments:
Post a Comment