Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Wednesday, May 13, 2015

BANGSA YANG SEDANG SAKIT LAHIR DAN BATIN


BANGSA YANG SEDANG SAKIT LAHIR DAN BATIN
Seandainya bangsa Indonesia hanya menghadapi persoalan yang rill, seperti peninatan, pegkatan taraf ekonomi rakyat, peningkatan kulitas produk, pemerataan pendidikan, meningkatkan layanan kesehhatan, penyediaan fasilitas umum yang layak, memperluas lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan permasalahan yang rill lainnya. Kirannya tidaklah terlalu berat bangsa ini untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Pemikiran yang penuh optimis seperti itu cukup beralasan. Bangsa ini sungguh kaya akan sumber daya alam sekaligus dirasa juga sumber daya manusianya. Sumber daya alam di bangsa ini sangatlah bias digunakan untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya. Apalagi bangsa ini tidaklah seperti yang dulu, yang bias dibilang lebih banyak SDM yang memadahi dan berkualitas. Tapi sayangnya bangsa ini tidak hanya menghadapi permasalahan sebagaimana dikemukakan diawal, melainkan juga harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan berat yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga sebelumnya. Penyelesaiaannya pun juga tidak begitu mudah dan ringan. Dari hal ini bias dibilang bagnsa ini sedang sakit. Tidak hanya sakit secara lahir namun,  bias dibilnag sakit batin juga. Sehingga beban bangsa ini terlalu berat untuk diselesaikan.
Dimulai dari masa kepemerintahan SBY, bangsa ini berduka dikarenakan mendapatkan musibah yang silih berganti. Diawali dari gempa bumi dan tsunami di Aceh, disusul dengan gempa bumi di pulau Nias dan sekitarnya, lalu disambung oleh gempa bumi yang cukup dasyat di Yogyakarta. Tiga kali musibah gempa bumi ini menelan korban manusia rian orang jumlahnya, dan memporak-poradakan fasilitas kehidupan, yang luar biasa banyaknya. Perumahan, perkantoran, perusahaan, sarana dan prasaran penduduk hancur dan bahkan musnah.Untuk memperbaiki kembali semua itu memerlukan dana, tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Belum selesai sepenuhnya menanggulangi korban itu, datang  lagi musibah berikutnya. Di beberapa tempat terjadi gunung meletus, banjir, tingkatannya, bangsa ini sejak beberapa tahun terakhir seperti tidak pernah sepiakan musibah.
Bagi orang yang mempercayai kekuatan yang mahaagung di atas sana, berusaha melakukan perenungan mendalam, untuk menacaritahu apa penyebab terjadinya permasalahan di bangsaini. Mungkinkah musibah yang silih berganti ini merupakan ujian, atau mungkinakah musibah yang datang merupakan balaakibat kesalahan kolektif selama ini. Jika kesalahan itu kurang bersyukur atas nikmat yang telah diberiakan, siapa yang sesungguhnya masih kufur nikmat selama ini. Jika hal itu disebabkan kurang adil dan jujur, siapa sesungguhnya yang berlaku dzolim selama ini. Jika hal itu disebabkan perilaku yang tercela, siapa juga sesungguhnya yang merasa dirugikan. Perenungan seperti itu, tentu suatu hal yang tidak salah. Sebagai insan yang selalu mencari jawaban terhadap permasalahn yang telah terjadi, maka suatu hal yang wajar dilakukan untuk bias menjawab permasalahan yang seharusnya dapat dijawab secara rasional, akhirnya dapat dijawab dengan sudut padang lain.
Musibah-musibah itu samapai hari ini ternyata belum masih mau berhenti. Banyak masyarakat yang merasa optimis, ketika terpilihnya presiden sebagai pemimpin bangsa ini secara demokratis dan kemudian dilantik, akan bias menyelesaikan permasalahan yang menjadi keluh kesah bangsa ini. Rasa optimis ini dirsakan oleh hampIr seluruh rakyat Indonesia. Bahwa bangsa ini akan memulai hidup baru untuk suatu kemajuan bangsa. Ternyata rasa optimisini, tidaklah terjawab dengan baik. Masih banyak musibah yang terjadi.
Disamping musibah yang melanda bangsa ini, akhir-akhir ini musibah dalam bentuk yang berbeda berdatangan, yaitu berupa konflik antar elite. Diawali dengan konflik KPK Vs Polri yang sampai saat ini belum kunjung selesai. Konflik elite ini seolah-olah masyarakat digamabrkan peseteruaan antar cicak Vs Buaya. Perumpamaan ini justru menambah nutrisi kekuatan perlawanan dari masing-masing pihak. Rakyat pun ikut memihak dan ikut andil danlam permsalahan ini. Akhirnya, presiden selaku pemimpin bangsa dituntut untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini.Sehingga energy pemimpin bangsa ini lebih dikeluarkan untuk memikirkan permasalahan itu. Padahala, berjuta-juta rakyat. Bangsa ini membutuhkan perhatiaan yang lebih serius.
Suatu keanehan tetapi inilah keadaannya, bangsa ini memangsa kita secara lahir maupun batin, masalah-masalah datang silih berganti. Tidak hanya menimpa para pemimpinnya juga menimpa rakyat biasa. Namun, demikian masalah itu memiliki makna yang luas. Bisa kita pahami juga masalah yang menimpa rakyat kecil, kausu yang terdengar aneh dan lucu dibawa di  pengadilan. Seorang yang hanya mengambil 3 biji kakau, diadili dan dihukum. Ada pula seorang nenek yang diadili di pengadilan akibat mengambil beberapa batang kayu. Pengadilan memutus dengan penjara satu tahun dan denda 100. Bahkan, ada dua orang yang mengambil sebutir semangka seharga 20 ribu, ditangkap dan diadili sebagaimana mengadili koruptor kelask akap. Dan banyak lagi kasus rakyat yang diadili tidak sesuai asas kemanusiaan.
Rakyat yang berjumlah jutaan jiwa tatkala menyaksikan para pemimpin bangsa ini terbelenggu oleh berbagai masalah tersebut. Hamper satu tahun pasca pemilu legislative maupun presiden, rakyat berharap agar janji-janji mereka pada masa kampanye segera direalisasikan, dan bukannya ingin melihat berbagai masalah yang tidak kuncung selesai. Bangsa ini tidak menghendaki selalu saja kaya masalah yang membuat sakit secara lahir maupun batin, melainkan segeraberhasilmenyelesaikannyadanmeraihapa yang telahdicita-citakan, yaitu masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Saya kira cita-cita bangsa yang mulia itu, hanyakan didapatkan mana kala para elitenya bersatu dan rakyat ikut bersatu untuk saling bahu membahu. Mengingat bangsa ini dibangun dengan semangat bergotong-royong bersama. Dengan model inilah, maka amanah yang diemban bersama dapat ditunaikan secara maksimal. Semoga semua pihak segera sadar, bahwa yang diperlukan bangsa ini adalah kebersamaan, saling mempercayai, dan bukan sekedar berhasil menemukan kesalahan pihak-pihak lain. Dengan pandangan itu kedepan, bangsa ini diharapkan tidak anlage sakit lahir maupun batin. Melainkan menjadi bangsa yang sehat sejati, yaitu, sehat pikiran, hati, akhlak, dan amalshaleh. Wallahua’lam (A.Riris Muldani@Direktur_PSKH)


Copyright © PUSAT STUDI DAN KONSULTASI HUKUM | Powered by Blogger
Design by Viva Themes