
Peristiwa Hijrah dan Pembangunan Kalender Hijriah
Berawal dari Peristiwa Hijrah
Ketika terbenam matahari di sore hari tanggal 20 September 2017,
menjadi pertanda bahwa berakhirnya tahun 1438 H dan berganti menjadi tahun 1439
H. Media sosial, baik facebook, Instragram, BBM, Line, WhatsApp, serta media
sosial lainnya, dihiasi dengan doa awal dan akhir tahun serta ucapan selamat
tahun baru dengan harapan yang lebih baik. Di berbagai daerah, baik di masjid
atau pun musalla umat Islam melakukan kegiatan keagamaan, seperti pengajian,
tausiah, membaca doa bersama dan lainnya, dengan harapan Allah memberikan
keberkahan yang melimpah pada tahun baru ini.
Hijrah adalah sebuah kata dalam
bahasa arab yang artinya pindah. Perpindahan itu terjadi dari satu tempat ke
satu tempat lainnya, jika dikaitkan dengan hijrahnya orang Islam, maka hijrah
yang dimaksud adalah perpindahan orang Islam dari Mekah ke Madinah. Seperti
yang disebutkan, madinah menjadi salah satu tempat tujuan Nabi Muhammad Saw.
beserta kaum muslimin setelah terjadinya pemboikotan oleh kaum Quraisy di Mekah[2].
hijrah sudah dilakukan para Sahabat nabi untuk menyelamatkan Iman
serta mendapatkan perlindungan sebagaimana diketahui hijrah yang dilakukan pada
tahun 7 sebelum Hijrah, di mana para sahabat berangkat menuju Habasyah untuk
mendapatkan perlindungan.
Rasulullah keluar meninggalkan
rumah pada malam 27 Safar tahun 14 Kenabian, bertepatan dengan 12 atau 13
September 622 M, Beliau singgah di Quba pada Senin, 8 Rabiul Awal tahun 14 dari
kenabian, bertepatan dengan 23 September 662 M, seusai salat jumat, 12 Rabiul
awal 14 tahun kenabian dan tahun pertama hijrah, Rasulullah memasuki Madinah,
dan sejak itulah Yatsrib dinamakan dengan Madinah.[3]
Semangat Hijrah dalam pembentukan Kalender Hijriah
Dalam kalender hijriah dikenal
nama-nama bulan Kamariah yang terdiri dari dua belas bulan, yakni : 1. Muharram : Bulan
yang disucikan, 2. Safar : Bulan yang
dikosongkan, 3. Rabiul Awal : Musim
Semi Pertama, 4. Rabiul Akhir (Rabiul Tsani) Musim semi
kedua, 5. Jumadil Awal (Jumadil Ula) : Musim
kering pertama, 6. Jumadl Akhir( Jumadil Tsani) : Musim kering
kedua, 7. Rajab : Bulan
pujian,
8. Syakban : Bulan
pembagian, 9. Ramadan : Bulan yang sangat
panas,
10. Syawal : Bulan Berburu, 11. Zulqoidah : Bulan beristirahat,
12. Zulhijjah : Bulan ziarah. Nama-nama bulan ini sudah ditetapkan oleh
Kilab bin Murrah, yaitu kakek ke-6 Nabi Muhammad Saw.[4]
namun, belum ada penomoran tahun pada masa itu bahkan sampai Rasulullah wafat.
Penomoran tahun dimulai pada masa
Umar bin Khattab, Amirul mukminin kedua Pengganti Abu Bakar Ash-Siddiq. ketika
Umar bin Khattab, menerima surat dari Abu Musa al-Ashari dan pada surat itu
tidak memiliki tahun, dan Umar bin Khattab pernah menerima surat dari Gubernur
Mesir yang hanya menuliskan bulan Syakban saja dan tidak menyantumkan tahun.[5]
Sehingga tidak dapat diketahui pada tahun kapan surat ditulis dan dikirimkan
maka dirasa perlu adanya penulisan tahun tersebut.
Ali bin Abi Thalib dan sejumlah
orang lainnya mengusulkan agar penanggalan dimulai sejak Rasulullah hijrah. Para
sahabat memindahkan penanggalan yang seharusnya dimulai pada bulan Rabiul Awal
karna pada bulan inilah Rasulullah sampai ke Madinah, ke bulan Muharram
dikarenakan niat awal hijrah sudah ada sejak bulan Muharram, yang dibuktikan
dengan adanya baiat Aqabah.
Hijriah (Qomariah) atau Masehi
(Syamsiyah) yang merupakan tahun baru Islam ?
Menurut Penulis keduanya merupakan
penanggalan dan hitungan yang Islami, sebab Allah lah yang menciptakan bulan
dan matahari, sebagaimana firman-Nya dalam surah Yunus ayat 5 “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”. dari ayat ini difahami bahwa bulan dan matahari
adalah alat yang Allah sediakan untuk mengetahui bilangan waktu. Pilihan tepat
bahwa Islam cendrung pada perhitungan kelander berdasarakan peredaran bulan, karena
bulan adalah media yang paling mudah untuk mengetahui waktu, yang di mulai dari
sabit, kemudian purnama dan sabit kembali.
Perjalanan hijrah
merupakan perjalanan menuju peradaban yang lebih baik, sehingga peristiwa ini
merupakan cambuk bagi kita untuk membangun peradaban yang lebih baik, dari
bidang hukum, sosial, sains, budaya dan lain sebagainya, serta mewujudkan
kalender Islam yang universal yang dapat menyatukan umat Islam dalam satu
kalender hijriah. Selamat Tahun Baru Hijriyah(Kamariah) 1439 H, semoga
peradaban Islam yang gemilang dapat kita wujudkan sesegera mungkin. Allah
‘Alam Bishawab.
[1] Mahasiswa Perbandingan Mazhab, Fakultas Syari’ah, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dan Peneliti Ilmu Falak.
[2] Abdurrahman bin Abdul Karim, Kitab
Sejarah Nabi Muhammad Saw, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 154-155Pristiwa
[3] Syaifurrahman al-Mubarakfuri,
ar-Rahiq al-Makhtum, Alih Bahasa Agus Suawandi, (Jakarta: Ummul Qura,
2014), hlm. 307-328.
[4] Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan
Khazanah Islam dan Sains Modern cet. III,..hlm, 86. Lihat Thanthawi
Jauhari, Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim Juz 5, ( Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), III: 121.
[5]
Md. Khair Haji Md. Taib, Takwim Hijriah
Khairiah, ( Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia, 1987), hlm. 22.
EmoticonEmoticon